Monday, August 08, 2016

jungkir balik di semester 2

sangat - sangat terlambat sekali jika baru sekarang disempatkan untuk menulis kilas balik semester 2. namun memang begitulah, kesibukan satu persatu silih berganti mewarnai perjalanan selama 6 bulan tersebut (ummm, 4 bulan lebih sedikit tepatnya, eh??)
memang secara kalenderis, semester 2 dirasa lebih pendek dan memang lebih pendek karena adanya libur akhir tahun kalender dan tahun ajaran. ditambah lagi kegiatan seabrek, terkait secara langsung seperti gelaran seminar research, maupun kegiatan ulang tahun kampus yang otomatis menyita jatah waktu kegiatan belajar mengajar. meski secara resmi jumlah mata kuliah yang diambil sudah lebih sedikit daripada semester satu lalu, namun konsekuensinya berimbas pada sekian kali seminar yang dengan terpaksanya ikut sesuai arahan dari proffesor pembimbing. 
sebenarnya tidak ada aturan tertulis yang mensyaratkan jumlah minimal seminar/konferensi yang harus diikuti demi kelulusan program master ini. namun, menganut tradisi di lab, dan pola pembinaan sensei yang memang sepertinya semangat sekali dengan show off force, jadilah saya kebagian bertubi-tubi pontang panting kesana kemari menenteng gulungan poster sembari menjinjing laptop dan menebar pesona kartu nama di setiap kesempatan acara seminar yang saya datangi. total 7 seminar dalam kurun 6 minggu di akhir semester yang berhasil saya catatkan, ditambah 1 sebelum pergantian tahun baru plus 2 lagi diwakilkan sensei karena keterbatasan anggaran untuk perjalanan ke tempat seminar. padahal ya, yang dipaparkan ya itu-itu saja. yang diceritakan juga itu lagi itu lagi, namun kesempatan dan ilmu yang didapat memang hampir selalu berbeda.
dari sekian kali seminar itu, akhirnya saya menyadari bahwa materi yang saya bawakan selama ini memang agak unik, begitu juga pendapat dari beberapa dosen yang berkesempatan diskusi dengan saya. terlepas dari ide sensei saya yang memang terkadang liar, namun sebenarnya hal ini menjadi keuntungan, dimana lahan yang saya teliti masih sangat luas dan hampir tidak ada pemain lain di sekitar saya. susahnya, sangat sedikit referensi yang bisa saya jumpai, kalaupun ada hampir bisa dipastikan hanya secuil dan terkadang diragukan keterkaitannya. TETAPI, ada satu poin besar yang kemudian menjadi pegangan saya dalam menempuh rutinitas sebagai mahasiswa master, yaitu tidaklah penting seberapa dalam ilmu yang saya ketahui tentang materi penelitian, karena memang 2 tahun dalam suatu bidang ilmu hanyalah seperti setetes air di kolam renang standar internasional, hahaha. kunci lulus dari status mahasiswa adalah pola pikir, sesuai strata yang akan ditempuh. tugas utama sensei hanya membimbing sang mahasiswa agar memliki kompetensi setelah melewati mata kuliah maupun uji lab. tidak jarang mahasiswa yang lebih pintar dalam berhitung namun kurang jeli dalam berkreasi menciptakan materi uji lab, sehingga teorinya bisa dimentahkan seketika saat ujian akhir. POLA PIKIR yang terpenting, untuk kemudian diisi dengan pengetahuan yang sesuai dengan bidang yang sedang diteliti. 
begitulah kurang lebih. sebenarnya masih ada kisah adu mulut terkait pembinaan mahasiswa S1/taruna, namun demi kebaikan bersama, alangkah indahnya jika percekcokan itu cukup dimunculkan sebagai teaser saja untuk dikenang kemudian. 

No comments: