Tuesday, August 03, 2021

sekisah nasi bungkus

 sudah menjadi rahasia umum bahwa dukungan makan saya sejak berdinas di tanah istimewa ini lebih dari setengahnya berasal dari dinas. tidak sepenuhnya gratis, namun alhamdulillah, selalu ada celah untuk bisa makan gratis. apalagi, di tahun ketiga saya duduk di kursi jabatan yg sekarang, semakin banyak yg iba dengan kondisi BMI saya yg terus mengecil, sehingga dukungan makanan / ajakan makan secara cuma-cuma semakin bertambah intensitasnya.

 kembali ke laptop, sesuai ritual harian, sudah tersaji menu rutin nasi bungkus untuk sarapan yg isinya, alhamdulillah, tidak pernah bisa ditebak (yang jelas, sudah tidak pernah lagi lauk berupa daging ayam, karena saya sengaja menjauhinya, suspek alergi gatal2). pas.nya lagi, setelah tadi sesudah Shubuh, lelarian agak jauh dan dilanjut ikut upacara, sehingga klop terkondisi perut lapar ... kenyang ... dan muncullah keinginan, makan siang dan malamnya, yg agak ringan saja a.k.a ndak usah dibungkusin lagi seperti hari-hari kemarin.

 dan benar saja, setelah niat itu diutarakan, lha dalah siang hari, ada kiriman gambar dari satu grup WA, nun dekat di gedung sebelah, sudah tersaji menu menggoda perut yg memang sengaja disiapkan untuk lunch. lha kok pas juga, meski setengah hati karena status perut masih terasa kenyang (baca : lapar mata), adaaaa aja panggilan dinas untuk merapat ke TKP. tapi y gitu, karena memang naitnya cuman separuh, meski jarak tumpukan piring dan diri ini hanya empat langkah kaki, tapi ya gak sempat makan juga .. tuh, Allah melarang untuk terlalu kenyang, bukan belum rejeki lho ya .. tp memang seperti itu rejekinya, sedemikian rupa.

 terus, karena memang sudah rejekinya malam ini pun jatahnya makan gratisan, jadilah setelah balik kamar, ada yg mengetuk pintu, tiba-tiba saja sekotak nasi goreng kambing (mirip nasi kebuli dengan beras lokal) sudah disodorkan, dari acaranya bang fulan, barakallah. 

Allah sudah menetapkan rejeki kita .. terus berbuat baik, maafkan

Tuesday, July 20, 2021

tidak boleh

 semingguan lalu, secara sengaja, saya memilih tidak ke masjid kampung dulu karena tetangga sebelah kamar dinyatakan positif C19. ndak tanggung, 2 orang sekaligus (bahkan akhirnya nambah 1 lagi setelah ybs kembali dari dinas luar). apalagi, di masjid tsb jamaahnya kebanyakan sudah sepuh, setidaknya mereka yg rutin di shaf pertama, umurnya sudah jauuuuh dari saya. pun beberapa dari mereka ada yg pede, jarang banget terlihat pake masker, meski hanya sekedar jenis scuba selapis, ORA. 

saya tidak kepedean, meski sudah 2x paksin, plus awal tahun lalu di-kado anosmia semingguan, tetap saja potensi menularkan ke orang lain jelas ada. daripada2, mendingan melipir dulu (tapi ya jujur sedih juga, meski mau gimana lagi).

lha akhirnya, setelah kondisi di kost aman (yg isoman dah selesai), dengan pedenya melangkahkan kaki ke masjid, meski agak curiga, adzan-nya kok telat ya .. lha rak tenan, 50 m mendekati TKP, meskipun suara iqamah dari surau lain bersahutan, tapi suara adzan langganan kok belum juga terdengar. ndilalah, ada bapak2 naik motor, sepertinya mengenali saya dgn kostum siap berjamaah, "anu mas, masjid e tutup dulu, 14 hari-an". waduh ...

naluri langsung berhitung .. Jumat lalu, eh shubuh tadi masih dengar yg adzan kok .. dan benar juga, keesokan siangnya dapat kabar, ternyata salah satu penghuni rumah yg halamannya menyatu dgn masjid tsb, baru meninggal siang hari itu (konon infonya sesak napas, apakah C19, belum ada info tambahan). plus, sederetan kampung disitu, semingguan kemarin sudah 5 orang yg menghadap-Nya. innalillahi wa innailaihi rojiuun. 

ya Allah, mudahkanlah

Friday, July 09, 2021

pahala sabar

ujian itu memang belum selesai .. ataukah Allah benar2 ingin mengangkat ke derajat yang beneran tinggi, sedangkan kami sudah sehina ini berada di level paling bawah, sehingga begitu beratnya rasa yg jujur saja, menghantam keluarga kami sekarang. setiap kali berdoa, secara pribadi, selalu menyisipkan agar Allah segera memahamkan setiap kejadian yang datang kepada keluarga kami.

satu yang saya pegang, apapun itu, selama membawa kita untuk selangkah lebih dekat kepada-Nya, itulah kebaikan dibalik setiap kesedihan maupun air mata yg mengalir. konon, ada cerita setidaknya kita akan mendapatkan pahala sabar, klo kita ikhlas menerima setiap "pemberian-Nya". ingat lho, ikhlas itu urusan pribadi masing-masing ke Atas. saya sudah percaya, Allah selalu mengabulkan doa kita, dengan tiga pola .. ya, nanti, dan atau Allah ada punya yg lebih baik untuk kita .. kadang kita yg menyangsikan sendiri, pemberian-Nya tidak sesuai dengan keinginan kita. padahal, ya gitu .. kata ustadz, tidak selalu yg kita inginkan itu baik, belum tentu kita kuat jika memang Allah titipkan. misal, dikasih sehat, malah maksiat .. dikasih kaya, dibuat maksiat .. dikasih waktu sempat, eh malah maksiat

astagfirullah

Monday, February 08, 2021

pembaharuan

setelah kesedihan mendalam terjadi amat sangat di dua bulan lampau, Alhamdulillah sudah mulai sedikit banyak bisa bangkit dari keterpurukan. alhamdulillah, Allah masih memberikan hidayahnya di tengah ujian (klo boleh menolak istilah hukuman) ini .. memberi kami kekuatan untuk terus yakin, bahwa akan ada ending yang baik setelah ini.

adapun saya, merasakan kehilangan yang amat sangat, meski sebenarnya sudah pernah diwanti-wanti, bahwa apapun yang kita dapat di dunia ini, janganlah pernah merasa memiliki, bikos semuanya, konon, hanya titipan. saya pernah menulis hal serupa di IG, tentu saja dengan sudut pandang mental saya saat itu. semoga saja mental yang masih yakin dengan takdir indah-Nya

saya pun kembali pada pola yang dulu, kehilangan berat badan secara tidak sehat .. saking beratnya masalah ini bagi saya, serupa dengan pola saat fase awal penyembuhan pasca operasi patah kaki, berat badan saya "hilang". sudah dengan susah payah menerapkan pola hidup sehat serta menjaga nutrisi yang masuk tubuh dengan benar saat sekolah di Jepang, kembali dihantam masalah sehingga bobot tubuh terus turun. kembali, semoga hal ini menjadi reminder, untuk tidak goyah dalam berikhtiar.

bismillah, happy ending