Saat majikan menjadi korban, karena alasan
apapun, dendam haruslah dibalaskan. Bahkan, salah satu aturan bagi seorang
samurai, tidak boleh hidup dibawah langit yang sama dengan pembunuh tuannya,
telah menjadi harga mati yang melandasi cerita utama novel ini. Berlatar pada
jaman ketika pengaruh samurai mulai luntur di Jepang, dimana para bangsawan penguasa
daerah mulai diatur sedemikian rupa oleh kekuasaan kaisar di Edo (Tokyo saat
itu). Pengaturan kekuasaan ini tentunya juga diwarnai penyimpangan, khususnya
yang berurusan dengan upeti maupun sogokan. Tokoh antagonis utama, Kira,
akhirnya menang secara hukum, yang mengharuskan bangsawan Asano melakukan “seppuku”,
keluarganya diasingkan dan seluruh hartanya disita negara. Tentunya, para
samurai pengikut setia klan Asano lalu mengemban misi luhur untuk membalaskan
dendam keluarga Asano dan mengembalikan kehormatan klan, meski nyawa mereka
menjadi taruhannya.
Cerita di novel ini cukup berbeda dengan
plot yang sudah difilmkan dengan judul sama. Tidak muncul peran Keanu Reeves
seperti layaknya Tom Cruise dalam The Last Samurai, wkwkwk. Perjalanan panjang
Oishi, pimpinan samurai klan Asano dalam mengatur strategi pembalasan dendam
majikannya digambarkan dengan jelas dari sudut orang ketiga. Saya akui, sangat
sedikit dialog antar tokoh dalam cerita ini, termasuk kata-kata bijak seperti
yang saya temukan saat membaca novel tentang samurai sebelumnya. Cerita mengalir
begitu saja, bahkan terkesan membosankan jika sedari awal saya tidak menjaga
rasa penasaran akan bagaimana kisah ini akan berakhir. Namun, ada baiknya,
pembaca juga menonton film-nya, supaya tahu bahwa novel selalu lebih manis
daripada versi layar lebar.
No comments:
Post a Comment