Mengisi
waktu akhir tahun yang sengaja ‘dikosongkan’ karena padatnya kegiatan kantor,
kami sekeluarga sepakat untuk jalan-jalan keluar kota Bandung, yaaah itung2
memberikan kesempatan mereka yang masih penasaran buat merasakan “macetnya Bandung
saat weekend/liburan”. Berikut ulasan singkatnya:
Cimanggu
Mengawali
liburan, setelah pertimbangan yang cukup pelik (terutama soal biaya :D), kami
memutuskan untuk pergi ke arah selatan, yaitu kawasan Ciwidey yang terkenal
dengan beberapa lokasi wisata alamnya. Setelah browsing pada hari sebelumnya,
kami memutuskan untuk mengunjungi Kolam Air Panas Cimanggu, sekitar 1 km
setelah kawasan Kawah Putih. Seperti diketahui umum, bahwa rute
Bandung-Soreang-Ciwidey adalah jalur rutin macet, makanya kami berangkat lebih
pagi, selain menghindari kepanasan di jalan, juga supaya bisa lebih lama di
luar rumah.
Sampai
di Cimanggu, lokasi masih sepi, di parkiran baru ada 3 mobil dan beberapa
motor. Masuk ke area kolam, hmmm, kolam gede sepertinya baru dikuras, sehingga
yang bisa ‘dipakai’ hanya kolam kecil (40cm), lumayan lah buat nemenin Keenan
berendam air panas, toh juga gak kebayang berenang gaya bebas di kolam air
panas ukuran internasional, hehehe. Sempat kecewa dengan kondisi dasar kolam
yang berlumut di beberapa tempat, namun di dekat pintu masuk, sudah terpampang
papan ‘alibi’ bahwa sumber Cimanggu termasuk salah satu spot hot spring ‘unik’
yang hanya ada di beberapa tempat di
dunia ini. Kami beruntung, 2 jam setelah puas berendam dan makan siang lesehan
(tikar & gubuk sewa terpisah, tawar saja jangan ragu), pengunjung yang
datang semakin banyak dan mulai berebut masuk kolam..time to leave,
Situ
Patengan
Sempat
ragu karena sudah agak siang, akhirnya kami jadi juga masuk kawasan Situ
Patengan. Area danau sangat luas, bahkan masih cukup asri bila dibandingkan
dengan kawasan Tangkuban Parahu (TP), yang hampir tertutup parkiran mobil dan
pedagang souvenir. Kiranya, pengelola area cukup cerdik menyiasati pembagian
area wisata dan perdagangan, hehehe. Masuk area danau, tidak afdol rasanya
kalau tidak naik perahu melihat spot ‘Batu Cinta’ yang berada di seberang
danau. Jangan ragu menawar ongkos kapal, para penyedia jasa siap melayani
bargain anda. Udara di sekitar danau cukup sejuk meski kala itu sudah jamnya
shalat Dhuhur dan cuaca cerah, benar2 beda dengan area TP.
Kurang
lebih 2 jam di Situ Patengan, kami rasa sudah waktunya untuk kembali, yaaah
early go, early leave. Dan perkiraan itupun benar. Sepanjang jalan pulang, sisi
sebelah kanan terlihat beberapa kali kendaraan keluarga antre naik ke arah
Ciwidey. Alhamdulilah, kami hanya terkena macet sebentar saat masuk Soreang dan
sebelum pasar Sayati. Sebelum adzan Maghrib, si mazda putih sudah nangkring
kembali di parkiran rumah. It was a good holiday,