Wednesday, November 26, 2008

nunggu gaji pertama

kok??!?

maksudnya gaji pertama yang diterima di madiun ... tapi jumlahnya juga ga berubah, masih belum ada tunjab, malah nambah potongan di koperasi and tagihan di fresh tea di kantin, hiks ... memang sih, klo flash back, belum pernah ada kenaikan gaji sejak pertama dilantik jadi prajurit, meski sudah dapat kenaikan gaji secara keseluruhan untuk pegawai negara (=> bukan pegawai sipil).klo dari segi jumlah, memang lebih banyak dari anggota yang udah punya masa kerja 5 tahun, tapi tetap aja, namanya bujangan, banyak kebutuhan, minim pengalaman atur keuangan, jadinya ya kurang n kurang n kurang, hiks hiks

Saturday, October 25, 2008

2 minggu pertama di madiun

a whole new life ...

meski nggak sempat sampai culture shock lagi, tapi hidup di madiun, lebih tepatnya maospati, memang menjadi suatu hal baru yang cukup unik buat diceritakan ... apa dikata, kegiatan dikantor emang belum terlalu sibuk, tapi after 5 (apa after 3 aja ya?) yang jadi main event.

well, ...
madiun terkenal dengan pecelnya, lumayan lah bisa dapat sarapan kenyang plus minuman n parkir dengan duit 5 ribu rupiah saja .. madiun juga kota gadis, begitu tertulis dalam salah satu banner di depan pasar besar madiun, yang kemarin terbakar pas pada hari pilwlkot, skandalkah? madiun juga lebih gede dari probolinggo, meski terletak di jalur yang kalah strategis --> maksudnya, meski ada diantara solo dan surabaya, tapi kendaraan kebanyakan pilih bablas lewat karang menjangan daripada muter ke arah madiun-ponorogo-magetan.

oh iya, bikers di madiun, begitu gampangnya pencet klakson, jadi jangan kaget klo mau belok n meski udah kasih lampu reting, kamu tetap di tiiiiin.. ma motor belakangmu, meski dia ga banter-banter banget.

Sunday, September 28, 2008

hidup baru

6 bulan liburan di bandung berakhir sudah ...
kini,mulai lagi buat prepare hidup di kandang macan, katanya sih gitu ..
yah, paling gak, udah aman coz udah dapat kamar, meski harus sharing berdua dulu, n kudu ngatur anggaran buat ngisi kamar, coz emang cuman dapat kamar thok (gampangnya, cuma ruangan persegi yang rada luas, tanpa kasur, apalagi lemari, boro-boro ada tv, hiks)

kemarin, masih kumpul 38 orang yang katanya punya bakat usil .. naek bis, udah berkurang 4, karena emang mereka penduduk asli bandung, jadi boleh lah gak perlu repot2 ikut pindahan .. nyampe jogja, turun lagi 3.. di klaten, turun 1 lagi .. nyampe solo, 17 orang harus rela terpaksa turun, karena mereka memang harus turun disitu .. journey lanjut ke madiun .. 5 orang, termasuk aku, harus turun, karena SKEP kami emang disini .. sisanya, turun di terminal madiun, karena emang bisnya dicarter sampai situ aja .. bubar deh .. ga tau nih, kapan bisa ketemu mereka lagi .. hmmm,

Sunday, September 21, 2008

pasif . . .

sedih ....
aktivitas di blog ini,serasa mai suri ... memang kondisi nggak memungkinkan, karena selain di bandung buat nyari warnet yang bagus n murah emang rada sulit, juga masalah waktu yang entah kenapa sekarang jadi ga sebebas dulu lagi ...

tapi insyallah,setelah lebaran, jika emang dapat penempatan baru di jogja ... insya allah bisa aktif lagi.. thanks

Friday, February 15, 2008

Soeharto. life and legacy ...

pak harto

Saya membeli buku ini pada akhir desember 07, setelah sekian lama survey dari sekian banyak buku yang ditulis tentang beliau, dan akhirnya pilihan saya jatuh pada autobiografi oleh ibu Wati ini. Meski baru mulai start baca seminggu sebelum beliau berpulang, buku ini telah memberi saya banyak masukan terutama pengetahuan mengenai hal-hal yang terjadi di awal orde baru, bagaimana kisah terbentuknya yayasan-yayasan Pak Harto, serta cita-cita luhur yang dijadikan landasan kegiatan amalnya, sebelum akhirnya mendapat penilaian yang negatif dan berada dalam kondisi seperti sekarang ini ( koran KR edisi kemarin memberitakan, bahwa tersangka kasus seputar yayasan Pak Harto akan “dilimpahkan” pada putra-putri beliau sebagai ahli warisnya), serta pencerminan kearifan Pak Harto dalam menempuh hari-hari setelah kekuasaanya berakhir. Bila dibandingkan dengan biografi Presiden Soekarno yang dirangkum oleh Cindy Adams, menurut saya, buku ini memang kurang menampilkan pola pikir maupun cara pandang Pak Harto semasa beliau hidup. Saya memaklumi bahwa kondisi Pak Harto saat dimulainya pengumpulan informasi oleh “author” sudah sangat menurun, terutama kondisi kesehatan secara fisik maupun psikis (thanks to dr.Laras yang telah “being very kind” menjelaskan beberapa istilah kesehatan yang tertulis didalam buku ini mengenai penyakit yang diderita Pak Harto). Kehidupan dan latar belakang beliau secara jelas ditunjukkan, sehingga kesuksesan hasil pembangunan sampai dengan pertengahan masa Orba telah dapat dirasakan oleh masyarakat Indonesia, terutama keberhasilan dalam mencapai swasembada beras, program KB, maupun kemampuan pemerintah dalam mengatasi inflasi di saat akhir Orde Lama. Dua topik yang saya rasa terlewatkan, atau mungkin sengaja oleh penulis tidak dicantumkan dalam buku ini adalah masalah Timor Timur dan peran serta Bu Tien. Hanya sedikit sekali topik mengenai bekas propinsi termuda ini diulas, apalagi bila dibandingkan dengan bahasan bidang ekonomi dan yayasan-yayasan Soeharto; itupun lebih cenderung dihubungkan sebagai “prestasi” dari mantan presiden Habibie. Cerita tentang Bu Tien juga hanya tersebar merata dalam beberapa bab buku ini, tanpa ada tulisan khusus membahas peran penting ibu negara yang telah mendukung Pak Harto dengan setia selama hidupnya. Mungkinkah bu Wati menganggap kedua topik ini kurang penting, ataukah memang tidak sengaja terlewatkan, atau barangkali karena keterbatasan Pak Harto dalam menceritakan kembali masa-masa tersebut, yang terpenting bagi saya, buku ini telah membantu dalam memahami bagaimana seorang anak desa, tumbuh menjadi remaja yang kemudian berhasil menjadi penguasa terlama sejak Indonesia merdeka, sampai pada akhirnya mengakhiri kejayaanya secara tragis, namun beliau tetap dapat menerimanya dengan penuh “legowo”. Mengutip pesan yang disampaikan dosen bahasa Jepang saya, sesaat sebelum saya pamitan untuk kembali ke tanah air, “hal baik yang telah kamu dapat disini, sampaikanlah dan kabarkanlah kepada rekan-rekan dan masyarakat (Indonesia) disana; namun hal buruk yang kamu dapat, cukuplah kamu ketahui untuk dirimu sendiri” (Kinoshita Tetsuo, Mar 2006), jadi apapun pandangan anda terhadap Pak Harto, marilah kita sejenak berdoa untuk ketenangan arwah beliau, semoga mendapat tempat terbaik di sisi Allah swt. Amiiiiin.

a morning ...

pagi hari

rutinitas pagi, diawali bangun pagi, boil the water, matikan lampu mess, rapikan tempat tidur n kamar beserta isinya yang pastinya berantakan apalagi klo malamnya pulang rada telat, hehehehe ... pagi ini, sambil nyemir sepatu PDL n nunggu kopi rada dingin, “we talk about today’s plan”. Seperti biasa, kegiatan setelah apel pagi hari rabu-kamis adalah kurve, kurve, n kurve, jadi ya ga usah mandi dulu juga gpp, toh nanti juga keringetan, n pasti mandi lagi, makanya mendukung program pemerintah untuk penghematan di segala bidang, n save the ecology, hehehe. Then as usual, sebelum go to office, sarapan dulu di kantin koperasi. Ibu yang jualan pasti dah hapal klo ada 2 perwira baru yang datang sekitar jam 9an dengan tampang kelaparan, pasti pesannya ga jauh-jauh dari pecel, nasi urap, plus “our favourite”, peyek udang n air jeruk anget. And as usual too, seperti sering terjadi di pagi-pagi lainnya, ada saja senior yang berbaik hati mentraktir sarapan kami, terima kasih Bang!.