Sebagaimana
tradisi dari hampir semua umat muslim di Indonesia pada umumnya, pada
kesempatan libur lebaran Idul Fitri 1434 H tahun ini, maka kami sekeluarga pun
turut berpartisipasi dalam acara rutin tahunan yaitu mudik ke kampung halaman. Seperti
telah direncanakan sejak lebaran tahun lalu, bahwa tahun ini kami dari Bandung
ke Probolinggo, Jawa Timur dengan misi utama, membawa si kecil supaya ketemu
dengan Eyangnya.
Persiapan
telah dilakukan maksimal, terutama dengan ‘tunggangan’ kami, yaitu Mazda
Interplay th ’90 yang sudah 2 tahun ini jadi penunggu setia garasi rumah, mulai
dari service rutin & tune-up plus ganti beberapa komponen, serta ganti 4 ban
baru dan juga persiapan pembinaan fisik driver-nya, yaitu saya, mengingat rute
yang akan ditempuh 2x dari rute tahun kemarin yang meskipun ‘hanya’ sampai
Semarang, namun makan waktu hingga 19 jam perjalanan. Berikut catatan singkatnya
:
Mudik
I : Bandung – Semarang
Khawatir
kejadian tahun lalu terulang, kali ini kami lebih prepared dengan mengumpulkan
data & informasi seputar pantauan arus mudik baik dari televisi maupun
twitter terutama pada jalur yang akan kami lewati, yaitu Bandung-Sumedang-Kadipaten-Cirebon
lanjut Pantura sampai ke Semarang. Kami sengaja berangkat setelah buka puasa
pada Senin 5 Agt dengan harapan kemacetan rutin di area Jatinangor sudah
terurai dan tidak ada antrian ‘konyol’ yang makan waktu dan ujung2nya
menghabiskan tenaga.
Alhasil,
perjalanan sampai masuk tol Palikanci – Pejagan (masuk Plumbon) lancar jaya,
meski sedikit tersendat saat melewati pasar Ujung Berung, namun selebihnya
kondisi jalan ramai lancar. Keluar Pejagan, sedikit diluar harapan kami di-lambung-kan
ke arah Slawi, karena info dari Twitter, konon saat itu area Brebes lumayan
padat, meski akhirnya kami kembali ke rute Pantura melalui kota Tegal. Total perjalanan
11 jam dengan 3x istirahat di Kadipaten, Tegal dan sahur di Weleri.
Mudik
II : Semarang – Probolinggo
Setelah
istirahat ½ hari di rumah mertua di Banyumanik, kembali kami melanjutkan
perjalanan setelah buka puasa ke Jawa Timur. Ini adalah pertama kali bagi saya
menyetir kendaraan sendiri ke kampung halaman. Dari hasil survey, diputuskan
untuk mengambil rute Pantura via
Demak-Kudus-Pati-Rembang-Tuban-Lamongan-Gresik-Pasuruan-Probolinggo, karena
jalan sudah bagus dan tidak seramai jalur tengah (Sragen-Ngawi-Jombang).
Perjalanan
lancar, bahkan saking lancarnya, sampai2 saya ketakutan, karena jalan sangat
sepi, penerangan minim, sehingga mobil bisa dipacu kencang, dengan tujuan ‘nyari
bareng’, karena ya itu tadi, sangat sepi pi pi piiiii seperti bukan libur
lebaran. Jalan baru agak rame setelah masuk kota Lamongan, meski mobil masih
bisa melaju diatas 90km/jam. Total perjalanan 7jam dengan 2x istirahat di Lasem
dan tol Gresik.
Balik
I : Probolinggo – Semarang
3 hari
2 malam kami di kampung, saatnya kembali ke Bandung. Setelah silahturahmi dengan
sanak saudara, maka pada Jumat 9Agt malam kami start untuk meramaikan arus
balik mengingat hari senin sudah harus masuk kerja. Rute yang diambil sama
dengan rute berangkat, dengan tetap berdoa agar perjalanan kami lancar dan bisa
sampai Semarang dengan selamat untuk sungkem dengan keluarga mertua.
Alhamdulilah,
doa kami terkabul. Jalan yang kami lewati masih sepi, meski sempat gerimis di
Lamongan dan sempat salah jalan sehingga ‘terpaksa’ lewat area yang sepertinya
digunakan balap liar di Tuban. Total perjalanan 6jam dengan 2x istirahat di
Lamongan dan Pati.
Balik
II : Semarang – Bandung
Meski
sempat was-was terkena puncak arus balik, namun bagaimanapun kami tetap harus
kembali ke Bandung pada Sabtu malam. Pantauan twitter maupun televisi
menunjukkan beberapa titik kemacetan sudah menanti di rute yang akan kami
lewati, seperti pertigaan pintu Pejagan maupun dalam kota Pekalongan. Secara mental
kami juga siap tempur, guna berjaga2 jikalau memang macet dan terpaksa terjebak
di jalan karena biasanya minggu pagi banyak acara Car Free Day, sehingga jalan2
utama ditutup, yang tentunya akan menambah jalur macet kami.
Keluar
kota Semarang, jalan ramai lancar dan memang terasa suasana arus balik. Ditambah
sempat macet sebelum masuk Pemalang dan Comal, serta saat masuk Pekalongan. Pintu
tol Pejagan yang dikabarkan ditutup dan dialihkan ke arah Cirebon, ternyata
sudah dibuka kembali pada saat kami baru keluar Brebes, sehingga tidak ada
pengalihan jalur lagi seperti saat berangkat mudik. Keluar Plumbon, mobil
langsung gas pol ke arah Bandung, jalan cenderung sepi, meski berkali-kali disalip
beberapa mobil travel. Total perjalanan 9jam dengan 2x istirahat di Pemalang
dan Pejagan (makan sate à
not recommended, nothing special malah lebih mahal)
Overall,
mudik kali ini lancar sekali, meski capek luar biasa, namun alhamdulilah anak
istri tidak sempat sakit. PR tahun depan, gimana berhemat ongkos terutama untuk
BBM, maklum mobil sudah renta & 1600cc pula :D