Tuesday, July 28, 2015

catatan mudik 1436 H






Minal aidzin wal faidzin, mohon maaf lahir dan bathin


kiranya, hampir semua pesan sms ataupun broadcast message yang beredar melalui smartphone saya bernada serupa di penghujung Ramadhan tahun ini. Alhamdulilah, saya masih diberikan kesempatan untuk merayakan Idul Fitri bersama keluarga saya, meski sedikit bergeser dari keinginan awal, tapi tetaplah patut disyukuri.

menuju Indonesia
Perjalanan yang saya tempuh, dimulai dari berangkat dari mess tercinta, yang baru saya tinggali sejak bulan April lalu, untuk menuju Tokyo guna pamitan sekaligus menyelesaikan perijinan yang wajib karena status saya sebagai pegawai negeri. Rencana awal untuk berangkat menggunakan commuter line ke bandara Haneda, terpaksa dibatalkan karena rupanya ada dukungan kendaraan yang mengantar dari KBRI, alhamdulilah, meski saya juga kasihan dengan driver yang harus meluangkan waktu liburnya demi saya. Check-in Haneda aman, imigrasi clear, kemudian boarding sampai dengan pesawat take-off menuju Cengkareng, nothing spesial.

Image result for mudik

nah, pada saat jam makan siang, para pramugari GA sepertinya tidak menyiapkan menu khusus atau "memberi" toleransi kepada mereka yang berpuasa. memang sih, tidak ada kewajiban untuk mendukung umat muslim yang sedang menjalankan ibadah puasa Ramadhan, namun sebagai maskapai pemerintah RI, alangkah baiknya, jika mereka menawarkan "special option" bagi warga muslim, terkhusus WNI yang sudah memilih penerbangan dengan mereka. berdasar jadwal, penerbangan saat itu memang dijadwalkan pada 11.30 AM hingga 17.15 WIB, sehingga tidak ada kesempatan bagi penumpang muslim untuk makan jika mereka memilih untuk menjalankan puasanya hari itu. beruntung, penumpang di sebelah saya memutuskan untuk berbuka puasa pada pukul 03.00 PM (infonya, dia memilih mahzab dimana jangka waktu berpuasa mengikuti waktu Arab, yaitu sekitar 15jam, terhitung dari sahurnya, detilnya saya kurang tahu, meski dalam hati ingin sekali bertanya lebih jauh), sehingga saya memanfaatkan waktu itu untuk "meminta" jatah makan siang saya guna saya bungkus sebagai bekal "buka puasa" yang sebenarnya nanti.

Cengkareng-Bandung perjalanan lancar dengan jasa travel yang agak sedikit lebih mahal, alasannya tuslah, oke deh.

Bandung - Semarang (400km),
meski kali ini sedikit was-was, mengingat hampir 4 bulan saya absen nyetir dan kondisi mobil yang lebih banyak nongkrongnya plus keterbatasan waktu untuk last check ke bengkel, namun akhirnya perjalanan bisa terlewati dengan aman. 13jam sudah lebih baik, mengingat ini juga musim mudik, apalagi 6 jam kemudian, media massa menayangkan berita kemacetan luar biasa, hingga untuk menembus jarak 25km saja membutuhkan waktu 15jam pada rute yang telah saya lewati. Alhamdulilah.

Semarang - Bandung
karena istri sudah harus ngantor esok harinya, mau tidak mau, kami harus pulang. alhamdulilah lagi, perjalanan bisa terselesaikan kurang dari 10jam. hampir tidak ada kemacetan berarti, selain mengantri masuk tol antara Tegal-Brebes, selebihnya jalanan lancar layaknya weekend. namun, rupanya fisik tidak bisa dibohongi. badan sakit semua, hidung bumpet plus mbeler, ditambah lagi mata yang mulai bengkak, haduuuuh.

kembali ke Jepang
liburan tak terasa, karena memang hanya 10 hari termasuk perjalanan P.P dengan pesawat internasional plus bersuka cita mudik lewat pantura. meski sempat was-was karena menurut siaran breaking news, jalur menuju Jakarta macetnya sudah tidak bisa diampuni, namun akhirnya sampai juga saya di bandara Cengkareng setelah menempuh perjalanan kurang lebih 4 jam dari Bandung. sedikit diluar perkiraan, bahwa barang bawaan bagasi saya ternyata cukup banyak dan berat juga, apalagi ditambah titipan dari KBRI untuk sekalian mengangkut seragam paskibra. seperti biasa, boarding di Soetta menjadi hal yang melelahkan. setelah beberapa kali screening barang bawaan oleh pihak bandara (prosedur yang bagus sh), akhirnya penumpang kembali harus naik turun tangga setelah menunggu di gate maskapai, kemudian lanjut feeder bis menuju gate lain, kembali naik tangga barulah kemudian bisa masuk pesawat. entahlah. perjalanan dengan pesawat lumayan nyaman, meski sang mentari sepertinya terlalu cepat menampakkan dirinya, sehingga mata ini masih menagih beberapa menit lagi untuk beristirahat. landing Haneda, lewati imigrasi, ambil bagasi, senyum pada Custom, kemudian lanjut commuter line menuju kampus tercinta.

sudah musim panas rupanya,