Tuesday, August 18, 2015

Ranah 3 Warna, catatan saya

pada saat pulang mudik ke Indonesia kemarin, dengan semangat setelah motivated untuk terus mengasah otak plus menghapus kesendirian dengan melarikan diri kepada buku, terpilihlah beberapa judul buku yang sebenarnya sudah cukup lama penasaran untuk membacanya, namun apa daya baru sekarang punya kesempatan, yaitu Ranah 3 Warna karya A.Fuadi, buku kedua setelah Negeri 5 Menara yang booming itu.
 meski bukan terbitan baru, dan resensi sudah ditulis banyak blogger, namun bagi saya membaca "semi biografi" seseorang tidaklah pernah menjadi hal yang membosankan. jujur saja, saya cukup impressed dengan buku pertama, dimana saya juga pernah merantau bersekolah di kampus berasrama dengan didikan khas serupa dengan suasana yang dialami penulis. maka, pada buku kedua ini saya tertarik untuk mengetahui perjalanan selanjutnya karena gaya bahasa yang digunakan sesuai dengan minat saya, berbeda ketika saya menyelesaikan kisah Laskar Pelangi dengan susah payah.

「ranah 3 warna」の画像検索結果
awal kisah yang diawali dengan kesengsaraan dan kesedihan, kiranya cukup memompa semangat maupun keinginan saya untuk terus bangkit dan maju, kebetulan di tengah tugas-tugas kuliah yang cukup menumpuk. paling tidak nasib saya masih jauh lebih baik dari Fikri, hehehe. konsep sabar yang berarti tidak hanya berdiam diri menerima cobaan cukup menusuk hati dan membangkitkan semangat untuk mencari jalan lain maupun berusaha lebih keras dengan perbaikan.

tarik ulur kisah cinta, hmmm, boleh lah, mungkin karena memang masa-masa mahasiswa adalah saat penuh gejolak asmara, hahaha, ini juga saya alami sendiri. meski kok merasa saya kurang greget dengan gaya penyampaiannya yang terlalu datar, tapi mengingat novel ini memang untuk segala usia, yaaaa bolehlah, toh saya juga sudah melewati usia 30 tahun, yang sebenarnya lebih membutuhkan sharing untuk kedepannya, hahahaha.

setelah bagian keluar negeri, semangat saya hilang. apalagi penulis terkesan memaksakan menerjemahkan 3 warna dengan memasukkan transitnya yang hanya sebentar untuk melengkapi pijakan kakinya di tiga ranah yang berbeda. maaf ya mas, menurut saya kok kurang pas, apalagi sudah dimunculkan pada awal bagian kisah di Kanada, jadi ceritanya kebelakang serasa hambar bagi saya. 

semoga, dalam buku terakhir yang sudah saya nitip belinya, saya kembali mendapat pencerahan. 

No comments: