
Memang benar sih, ada
baiknya jika memang kita turut peduli tentang ke-shahih-an suatu riwayat maupun
tafsir, selain itu dapat menambah keyakinan dan keimanan kita (sugesti agar
cepat sembuh untuk obat), namun yakinlah, para ulama – ulama itu (ataupun pak
dokter) sudah mengenyam sekian ribu jam mempelajari apa yang mereka sampaikan
dengan hati – hati, ketimbang langsung menelan mentah – mentah tulisan di
medsos yang belum tentu dibuat dengan kajian mendalam.
Buku ini membuka mata saya,
bahwa layaknya kajian ilmiah, Al-Quran yang menjadi pedoman umat muslim, sudah
sekian banyak mengalami kajian yang luar biasa dari para ulama termahsyur. Bahkan,
hingga kini pun, ayat yang tampak jelas masih perlu dikaji dari berbagai sudut
pandang, guna semakin memahami firman Allah SWT. Adanya perbedaan pendapat para
ahli tafsir pun hendaknya disikapi dengan bijak, dengan menjadikannya khasanah
guna memperkaya pengetahuan, yang tentunya dalam batas-batas yang telah
digariskan.
Ada beberapa bab yang
saya kurang sreg dalam buku ini, yaitu mengenai konteks pilkada (sebut saja
DKI) yang memang saat itu mencuat menjadi topik membara. Saya maklum, memang
isi buku ini adalah rangkuman tulisan pengarang di beberapa media online. Namun,
bagi saya pribadi, topik tafsir ayat tersebut kurang perlu jika harus
memperoleh porsi sebanyak ini di dalam buku.
Terimakasih Gus, mata
saya terbuka bahwa belajar agama sekarang bisa seasyik saat-saat dipaksa
mencari jutaan jurnal terserak demi penyusunan thesis lalu. Al-Quran, Hadits,
ilmu hidup, bismillah.