Thursday, February 16, 2017

start up nation : sisi lain Israel

   secara tidak sengaja, saya mendapat rekomendasi tentang buku ini dari pak M.Nuh, mantan Mendikbud, orang NU sekaligus dedengkot ITS saat sharing session beliau di Tokodai tahun lalu. kaget juga awalnya, untuk ulama sekelas beliau, malah menyarankan baca buku tentang Israel yang notabene musuh utama dalam perjuangan Palestina menjaga tanah leluhur bagi kaum Muslim, dengan segala perjuangannya. sempat terhenti di sepertiga awal karena written in English dan tuntutan deadline thesis, namun karena cara penyajian dan kisah yang tidak bisa ditebak, maka akhirnya finish juga di akhir tahun ajaran. 
   dari 400n halaman, seperempat bagian akhirnya adalah referensi. WHAT??? iya, saking banyaknya footnote dan rajinnya si penulis melakukan study baik wawancara or referensi lainnya, sesi ini jadi membludak hingga memakan porsi yang luar biasa, setidaknya dari beberapa buku non-fiksi yang pernah saya baca. memang mengherankan, melihat betapa patriotisme-nya para pimpinan Israel yang begitu ingin membuat negaranya hidup, di tengah gempuran ketiadaan kampung halaman secara geografis, perang yang nampaknya tak berkesudahan, namun kesemuanya bisa dimenangkan karena cita-cita yang kuat.
   tidak heran Amerika begitu besar menginvestasikan kepentingan mereka kepada Israel, yang mungkiiiiin menjadi alasan kuat sang penguasa seakan diam saat militer Israel dengan kejamnya (dari pandangan saya) menggempur Palestina. dengan segala potensi dan komitmen bangsa Israel yang dijabarkan dalam buku ini, rasanya akan susah untuk "move on" begitu saja, meskipun akhir-akhir ini muncul kekuatan baru dalam hal teknologi dan ekonomi seperti China, India, Korea maupun Singapura. tekanan dari bangsa Arab pun, seakan menambah cambuk bagi masyarakat Israel agar lebih gigih untuk berusaha tetap menjadi yang terdepan. data pertumbuhan ekonomi dan investasi asing maupun perkembangan dunia akademis kiranya cukup menjadi bukti yang relevan atas keajaiban yang terjadi di Israel, terutama jika dibandingkan dengan beberapa negara sekitarnya, ataupun negara maju lainnya. 
   kemauan dan kegigihan serta inovasi, seperti beberapa kutipan pemimpin Israel yang dituangkan dalam buku ini, "go far, stay long, see deep", "the most careful thing is to dare", peran didikan wajib militer dengan etos-nya : to teach people how to be very GOOD at a lot of things, rather than excellent at one thing; bukan sekedar tahu segala akan segala, hehehe. 
   buku ini tidak merubah pandangan saya terhadap konflik Palestina-Israel, bahkan sebaliknya, menyadarkan bahwa butuh kekuatan yang jauh lebih besar untuk memenangi kumpulan masyarakat imigran yang tersisih, namun memiliki bakat superioritas serta visi yang kuat. 

Monday, February 13, 2017

belajar dari si anak singkong

   sebenarnya sudah sejak lama saya mengetahui keberadaan buku ini, tapi mungkin disaat itu, kendala finansial-lah yang sepertinya memaksa saya menunda keinginan untuk "membelinya", meski sempat beberapa orang di sekitar saya terlihat sedang membacanya. hingga akhirnya, ada kelonggaran rejeki juga bertepatan dengan gelaran diskon, jadilah "keturutan punya" meski termasuk obsolete. gomennasai.

   pun, setelah beli ndak langsung dibaca, apalagi tamat semalam. si dia masih harus nangkring di rak buku bersama beberapa pendahulunya yang disalip oleh cetakan file pdf berisi data dan gambar yang lebih mendesak untuk diolah demi menentukan masa depan yang lebih cerah, halah.

   anyway, buku biografi pak CT ini cukup inspiratif, terutama bagi orang seperti saya yang baru tahu jika beliau sebenarnya adalah seorang dokter gigi tulen (setidaknya itu kesimpulan dari informasi yang saya dapat dari buku ini). akal2n pak CT dalam proyek awal fotokopi berlanjut dengan pangsa pasar lainnya, lumayan membuka pikiran bahwa adakalanya seseorang perlu bekerja lebih jika ingin survive, tidak melulu pasrah pada keadaan apalagi menyerah. beliau menunjukkan keberkahan dari Yang Maha Kuasa saat ada kemauan, meski salah satu imbasnya ya mengurangi waktu pribadi, but it worth. 
   di tengah buku, alur sedikit mundur (bahkan tak jarang melompat ke depan lagi) tatkala beliau bercerita masa-masa kecil hingga pengasahan pola pikir yang out of the box lewat kegiatan di luar sekolah. ambisi ataukah kemauan keras, kiranya cukup menjadi pendorong, hingga beliau berhasil secara bertahap menjadikannya kebiasaan, lalu membentuk pondasi diri dan membuat perbaikan hingga menjadi sukses yang tak terbantahkan. meski ada beberapa kisah pahit maupun kegagalan, namun hal itu menambah kuat insting serta keinginan untuk terus bekerja ikhlas hingga tuntas. 
   beberapa kali tercantum "gebrak meja", meski sekilas bermakna konotatif, tapi jika diterapkan disaat yang tepat, maka hasil lah yang akan bicara dengan sendirinya. cita2 beliau memunculkan wirausahawan yang nasionalis sangat sedikit dimunculkan, ataukah mungkin secara sengaja tidak ditunjukkan? kutipan yang tepat dicetak di sampul belakang, 

"tidak ada kesuksesan yang bisa dicapai seperti membalikkan telapak tangan. tidak ada keberhasilan tanpa kerja keras, keuletan, kegigihan, dan kedisiplinan (CT, 2012)"