Friday, November 17, 2017

Tafsir Al-Quran di Medsos : membaca dengan bijak

Ketika akses terhadap informasi menjadi semakin mudah, orang akan cenderung dengan cepat menjadi “tahu”, lalu bisa memberi “tahu” yang lain, hingga menjadi yang paling “tahu”, dan pada akhirnya, ah sudahlah. Debat berkepanjangan di medsos tentang tafsir ilmu keagamaan terutama yang berhubungan dengan Al-Quran telah memanggil pengarang untuk turun gunung karena saking prihatinnya terhadap kondisi umat yang sering menunjukkan sikap seperti pada kalimat pembuka. Bahkan, berani mendebat ulama, yang diumpamakan seperti seorang pasien “memastikan” kepada dokter tentang khasiat resep yang dituliskan padanya.
Memang benar sih, ada baiknya jika memang kita turut peduli tentang ke-shahih-an suatu riwayat maupun tafsir, selain itu dapat menambah keyakinan dan keimanan kita (sugesti agar cepat sembuh untuk obat), namun yakinlah, para ulama – ulama itu (ataupun pak dokter) sudah mengenyam sekian ribu jam mempelajari apa yang mereka sampaikan dengan hati – hati, ketimbang langsung menelan mentah – mentah tulisan di medsos yang belum tentu dibuat dengan kajian mendalam.
Buku ini membuka mata saya, bahwa layaknya kajian ilmiah, Al-Quran yang menjadi pedoman umat muslim, sudah sekian banyak mengalami kajian yang luar biasa dari para ulama termahsyur. Bahkan, hingga kini pun, ayat yang tampak jelas masih perlu dikaji dari berbagai sudut pandang, guna semakin memahami firman Allah SWT. Adanya perbedaan pendapat para ahli tafsir pun hendaknya disikapi dengan bijak, dengan menjadikannya khasanah guna memperkaya pengetahuan, yang tentunya dalam batas-batas yang telah digariskan.
Ada beberapa bab yang saya kurang sreg dalam buku ini, yaitu mengenai konteks pilkada (sebut saja DKI) yang memang saat itu mencuat menjadi topik membara. Saya maklum, memang isi buku ini adalah rangkuman tulisan pengarang di beberapa media online. Namun, bagi saya pribadi, topik tafsir ayat tersebut kurang perlu jika harus memperoleh porsi sebanyak ini di dalam buku.

Terimakasih Gus, mata saya terbuka bahwa belajar agama sekarang bisa seasyik saat-saat dipaksa mencari jutaan jurnal terserak demi penyusunan thesis lalu. Al-Quran, Hadits, ilmu hidup, bismillah.

No comments: